RESISTENSI OSMOTIK
A. PENDAHULUAN
Dalam keadaan normal di dalam tubuh selalu terjadi hemolisis dari eritrosit yang telah tua (±120 hari). Dalam satu hari, terjadi hemolisis eritrosit 0,5-1,5 % dari jumlah normal eritrosit. Hemolisis terjadi dalam RES terutama di dalam Lien. Pada penyakit tertentu, sering terjadi hemolisis berlebih sehingga dapat menimbulkan anemia, ikterus,dll.
Meningkatnya hemolisis dapat disebabkan oleh :
1. Fungsi Lien yang terlalu aktif, misalnya hipersplenisme.
2. Keadaan eritrosit yang abnormal, yang disebabkan oleh :
a) Congenital, misalnya :
- Thalasemia
- Sikle cell anemia
- Spherocytosis hereditier
- Ovalocytosis
- Paroxysmal noctural hemoglobinuria, dsb
b) Aquired defect, misalnya :
- Drugs
- Chemical Subtances
- Toxin
- Antigen-antibody resetion
- Parasit (malaria)
Untuk mengetahui adanya hiperhemolisis ini dilakukan pemeriksaan resistensi osmotik dari eritrosit dan disebut juga Fragility Osmotic.
B. PEMERIKSAAN RESISTENSI OSMOTIK
Tujuan : Untuk mengetahui ketahanan osmotik dari dinding sel eritrosit terhadap larutan hipotonik.
Metode : SANFORD
Prinsip : Eritrosit akan mengalami lisis, bila dimasukkan ke dalam larutan hipotonik.
Nilai Normal : Resistensi minimal = 0,42 – 0,46 %
Resistensi maksimal = 0,32 – 0,36 %
Alat :
1. Spuit
2. Tourniquet
3. Kapas alkohol
4. Mikropipet
5. Pipet tetes
6. Tabung reaksi
7. Rak tabung reaksi
8. botol sampel.
Bahan :
1. Darah EDTA
2. NaCl 0,5 %
3. Aquadest
Cara kerja :
1) Disiapkan larutan NaCl 0,5 %, 12 tabung reaksi kecil, darah dan aquadest.
2) Diteteskan 25 tetes NaCl 0,5 % ke tabung reaksi 1, dan pada tabung selanjutnya masing-masing dikurangi 1.
3) Diteteskan masing-masing 1 tetes aquadest mulai pada tabung reaksi ke-2 dan seterusnya. Kocok homogenkan.
4) Ditetesskan masing-masing 1 tetes darah ke setiap tabung reaksi, lalu kocok dan homogenkan.
5) Inkubasi selama 2 jam pada suhu kamar.
6) Kemudian amati resistensi maksimum dan resistensi minimum dari eritrosit.
Hasil Pengamatan :
Misalkan....
No. Tabung NaCl 0,5%
(tetes) Aquadest
(tetes) Darah
(tetes) Konsentrasi NaCl Warna Cairan Endapan Eritrosit Ket
1 25 - 1 0,50 Jernih Ada
2 24 1 1 0,48 Jernih Ada
3 23 2 1 0,46 Orange Ada Res. Min
4 22 3 1 0,44 Merah Ada
5 21 4 1 0,42 Merah Ada
6 20 5 1 0,40 Merah Ada
7 19 6 1 0,38 Merah Ada
8 18 7 1 0,36 Merah Ada
9 17 8 1 0,34 Merah Ada
10 16 9 1 0,32 Merah Ada
11 15 10 1 0,30 Merah Tidak ada Res. Max
12 14 11 1 0,28 Merah Tidak ada
Interpretasi hasil :
1. Resistensi minimal => keadaan dimana larutan mulai bercampur dengan darah. Namun masih terdapat endapan.
2. Resistensi Maksimal => keadaan dimana larutan sudah bercampur sempurna dan mulai tidak terdapat endapan.
A. PENDAHULUAN
Dalam keadaan normal di dalam tubuh selalu terjadi hemolisis dari eritrosit yang telah tua (±120 hari). Dalam satu hari, terjadi hemolisis eritrosit 0,5-1,5 % dari jumlah normal eritrosit. Hemolisis terjadi dalam RES terutama di dalam Lien. Pada penyakit tertentu, sering terjadi hemolisis berlebih sehingga dapat menimbulkan anemia, ikterus,dll.
Meningkatnya hemolisis dapat disebabkan oleh :
1. Fungsi Lien yang terlalu aktif, misalnya hipersplenisme.
2. Keadaan eritrosit yang abnormal, yang disebabkan oleh :
a) Congenital, misalnya :
- Thalasemia
- Sikle cell anemia
- Spherocytosis hereditier
- Ovalocytosis
- Paroxysmal noctural hemoglobinuria, dsb
b) Aquired defect, misalnya :
- Drugs
- Chemical Subtances
- Toxin
- Antigen-antibody resetion
- Parasit (malaria)
Untuk mengetahui adanya hiperhemolisis ini dilakukan pemeriksaan resistensi osmotik dari eritrosit dan disebut juga Fragility Osmotic.
B. PEMERIKSAAN RESISTENSI OSMOTIK
Tujuan : Untuk mengetahui ketahanan osmotik dari dinding sel eritrosit terhadap larutan hipotonik.
Metode : SANFORD
Prinsip : Eritrosit akan mengalami lisis, bila dimasukkan ke dalam larutan hipotonik.
Nilai Normal : Resistensi minimal = 0,42 – 0,46 %
Resistensi maksimal = 0,32 – 0,36 %
Alat :
1. Spuit
2. Tourniquet
3. Kapas alkohol
4. Mikropipet
5. Pipet tetes
6. Tabung reaksi
7. Rak tabung reaksi
8. botol sampel.
Bahan :
1. Darah EDTA
2. NaCl 0,5 %
3. Aquadest
Cara kerja :
1) Disiapkan larutan NaCl 0,5 %, 12 tabung reaksi kecil, darah dan aquadest.
2) Diteteskan 25 tetes NaCl 0,5 % ke tabung reaksi 1, dan pada tabung selanjutnya masing-masing dikurangi 1.
3) Diteteskan masing-masing 1 tetes aquadest mulai pada tabung reaksi ke-2 dan seterusnya. Kocok homogenkan.
4) Ditetesskan masing-masing 1 tetes darah ke setiap tabung reaksi, lalu kocok dan homogenkan.
5) Inkubasi selama 2 jam pada suhu kamar.
6) Kemudian amati resistensi maksimum dan resistensi minimum dari eritrosit.
Hasil Pengamatan :
Misalkan....
No. Tabung NaCl 0,5%
(tetes) Aquadest
(tetes) Darah
(tetes) Konsentrasi NaCl Warna Cairan Endapan Eritrosit Ket
1 25 - 1 0,50 Jernih Ada
2 24 1 1 0,48 Jernih Ada
3 23 2 1 0,46 Orange Ada Res. Min
4 22 3 1 0,44 Merah Ada
5 21 4 1 0,42 Merah Ada
6 20 5 1 0,40 Merah Ada
7 19 6 1 0,38 Merah Ada
8 18 7 1 0,36 Merah Ada
9 17 8 1 0,34 Merah Ada
10 16 9 1 0,32 Merah Ada
11 15 10 1 0,30 Merah Tidak ada Res. Max
12 14 11 1 0,28 Merah Tidak ada
Interpretasi hasil :
1. Resistensi minimal => keadaan dimana larutan mulai bercampur dengan darah. Namun masih terdapat endapan.
2. Resistensi Maksimal => keadaan dimana larutan sudah bercampur sempurna dan mulai tidak terdapat endapan.